Mahasiswa doktoral di Crawford School of Public Policy, Australian National University
Lebih lanjut tentang saya klik s.id/krisnagupta
Revealed Comparative advantage (RCA)
Statistik ekspor dan impor
Approach pemerintah
dapat diakses di s.id/krisnaidm
Sumber: Our World in Data
Data Weekly tracker dari OECD menunjukkan Indonesia tidak cukup dalam terkoreksi, namun recovery sepertinya masih butuh waktu.
Indonesia dan negara ASEAN lainnya mengandalkan ekspor untuk recovery AFC 1998. Bedanya: COVID-19 adalah krisis global, tidak terjadi depresiasi rupiah yang dalam. Seiring dengan memulihnya kasus COVID-19, stimulus di negara tujuan ekspor bisa jadi peluang.
[RCA] adalah salah satu metrik untuk Ekspor andalan suatu negara
RCA menghitung besarnya kontribusi suatu negara terhadap produksi suatu komoditas
Tabel agregasi yang digunakan di presentasi ini dapat dilihat di slide terakhir
Indonesia memiliki keunggulan di komoditas. Vegetable
didorong oleh Crude Palm Oil (CPO), sementara mineral terpengaruh kebijakan lartas yang ramai sejak 2009-an.
Selain komoditas kayu, Indonesia juga unggul di industri kertas, tekstil dan persepatuan. Angka setelah 2016 cenderung stagnan. Barang modal sepertinya masih kurang kompetitif.
Ekspor adalah jalan keluar yang cukup baik:
Bagaimana dengan kinerja ekspor belakangan ini?
Dominasi CPO, migas dan batubara sangat terlihat. CPO bahkan tumbuh di 2020 dibandingkan dengan 2019. Tahun-tahun ini juga saat dimulainya larangan ekspor mineral.
Sebagian besar komoditas melemah di 2020. Ekspor mobil sangat terdampak, karena itu pemerintah mencoba memanfaatkan pasar domestik melalui pembebasan pajak. Sementara ekspor metal meningkat seiring peningkatan kapasitas smelter.
RCA selalu berubah
Indonesia sedang berstrategi meningkatkan nilai tambah dalam negeri.
minyak, gas dan batubara tidak selamanya bisa diandalkan seiring target zero carbon emission dari berbagai negara.
Memanfaatkan GVC adalah (mungkin) cara terbaik
Impor cenderung stagnan. Menurunnya permintaan energi merupakan dampak menurunnya mobilitas dan aktivitas manufaktur.
Penurunan impor barang modal (mchinery & electronics) dan bahan baku (terutama baja) juga indikator melemahnya produksi
GVC dapat meningkatkan impor karena untuk kompetitif di pasar global, perusahaan harus mendapatkan akses bahan baku yang juga kompetitif.
Banyak bahan baku murah harus dipasok dari luar negeri:
Larangan ekspor mineral butuh waktu untuk dituai
Permintaan dunia yang tinggi akan komoditas meberikan peluang. Pemerintah perlu mencermati kebijakan lartasnya.
PP turunan UU Cipta Kerja berorientasi ke penambahan nilai tambah dalam negeri dan investasi asing:
Dukungan fiskal yang cukup dapat menjadi solusi jangka pendek, sambil memantau peningkatan daya saing industri dalam negeri.
Waspada bahaya retaliasi: mineral dapat dibeli dari negara lain. Retaliasi berpotensi membatasi skala ekonomis.
Data RCA diambil dari UNCTAD
Definisi RCA menurut UNCTAD:
$$ RCA_{Ai}=\frac{\frac{X_{Ai}}{\sum_{j \in P} X_{Aj}}}{\frac{X_{wi}}{\sum_{j \in P} X_{wj} }} \geq 1 $$
Kembali ke slide 8