Kompleksitas Kinerja Industri Agro

Krisna Gupta

14 November 2022

I Made Krisna

akses slide ini, scan QR di atas atau pergi ke s.id/djiagro

Topik diskusi

  • Anggaran vs “Kinerja”.

  • Rethinking trade: GVC in Food.

  • Rethinking trade: asset market dominance.

Anggaran & Kinerja

Case Dependent var Independent var
1 PDB Mamin (Milyar IDR) Pagu Ditjen IA (Milyar IDR)
2 PDB Mamin (Milyar IDR) Realisasi Ditjen IA (Milyar IDR)
3 PDB Mamin (Milyar IDR) Case 1 + PDB Perkebunan (Milyar IDR)
4 PDB Mamin (Milyar IDR) Case 2 + PDB Perkebunan (Milyar IDR)

Metode

OLS Log-log OLS ARDL
Spec \(Y=X\beta\) OLS tapi log ARDL(1)
Heteroskedasticity v - -
Spurious correlation v v -
(Probably) No causality v v kinda

See Woolridge (2009), Pesaran & Smith (1995) for method.

OLS

log-log OLS

ARDL(1)

Diskusi

  • Dengan OLS, anggaran DJIA \(\uparrow\) \(\Rightarrow\) PDB Agro \(\downarrow\)

    • Korelasi hilang ketika PDB sektor perkebunan masuk

    • Bisa jadi spurious (problem standar data time series)

  • ARDL dapat mengatasi spurious, tapi:

    • Tetap tidak menemukan korelasi & kointegrasi antar-keduanya.

    • Seriesnya kurang panjang.

Kemungkinan

  • Anggaran agro terlalu kecil untuk berdampak, apalagi dibandingkan:

    • PDB global, produktivitas hulu, kebijakan perdagangan, investasi, climate change, dst.
flowchart LR
  A(Anggaran) --> B(Kebijakan) --> C(industry performance)
  • Mengukur dampak kebijakan mungkin lebih penting; baru setelah itu bicarakan berapa anggaran untuk menjalankan kebijakan tsb.

  • e.g., berapa anggaran yang diperlukan untuk mengurangi waktu perizinan dari 2 minggu jadi 3 hari.

Definisi performance

  • PDB sebuah industri sangat dipengaruhi oleh berbagai hal \(\rightarrow\) possible cherrypicking.

  • Pilih indikator yang berdampak langsung, baru kaitkan indikator tersebut dengan PDB.

  • Share PDB generally not the best: direct competition with other institution?

  • Consider looking at welfare: nutrisi, aksesibilitas, iklim, etc.

Beberapa contoh

Ke depan

  • Fokus. Good to build a specialization.

    • sub-sektor tertentu bisa jadi punya kasus unik.

    • Sesuaikan dengan tujuan program.

  • Manfaatkan tugas belajar.

  • Gunakan firm level data (IBS, SIINAS) atau data lainnya.

Rethinking trade: Palm oil & GVC

Peran Rantai Pasok Global

  • GVC punya value extra di F&B ketimbang manufaktur lain.

  • Iklim dan geografi mengakibatkan tiap negara memiliki keunggulan yang berbeda-beda.

    • ada yang cocok tanam sawit, tebu, menggembala sapi, dan lain sebagainya.

    • Garam: nelayan vs penambang?

  • Kombinasi gizi dari berbagai jenis pangan dari berbagai belahan dunia.

  • Kombinasi rasa: oplos kopi, kakao, dst.

Global Value Chain of Nutella

GVC of Nutella (Scoppola, 2021)

Peran Rantai Pasok Global

  • Perusahaan yang mampu manage rantai pasok yang kompleks akan lebih kompetitif.

  • Negara yang memiliki kebijakan perdagangan yang pasti punya advantage

  • Perjanjian perdagangan adalah modal penting:input & market.

    • Negara yang mengandalkan GVC akan mengejar perjanjian dagang secara agresif.

    • RCEP akan memihak negara yang dapat memanfaatkan rantai pasok global.

Some evidence

  • GVC memberikan peningkatan produksi, lapangan pekerjaan, dan meningkatkan investasi di banyak negara (World Bank, 2020).

  • Di Indonesia, keterlibatan GVC memberi dampak yang baik terhadap produktivitas, employment dan ekspor

(Amiti & Davis, 2012; Amiti & Konings, 2007; Gupta, 2021; Kis-katos, Janneke & Sparrow, 2018; Kis-katos & Sparrow, 2015; Pane & Patunru, 2022; Rahardja & Varela, 2015)

  • Di Industri pangan Indonesia, backward GVC participation melalui impor produk hulu meningkatkan ekspor produk hilir (Amanta & Gupta, 2022)

Elephant in the room

  • Industri pengolahan kelapa sawit memiliki peranan yang sangat besar di struktur ekspor Indonesia.

  • Buah sawit memang merupakan komoditi perkebunan, harganya berfluktuasi.

  • Namun, minyak nabati sendiri masuk kategori manufaktur dgn KBLI heading 10.

  • Pertumbuhan industri pangan sendiri sangat dipengaruhi performa minyak sawit.

Dominasi vegetable oil

CPO vs no CPO

Industri sawit?

  • Ketergantungan sawit dapat memberi bias analisis pada industri makanan.

    • Sebagai eksportir sawit, nilai tambah asing memiliki peran yang tidak besar.

    • Akibatnya kita akan mengira impor di F&B tidak penting.

  • Industri makanan jadi dengan nilai tambah lebih besar sangat mengandalkan rantai pasok global.

  • Analisis untuk turunan sawit dan industri pangan secara umum harus dilakukan secara terpisah.

Kebijakan RPJMN

  • Pemerintah menargetkan pengurangan impor di sektor mamintem.

    • counter-intuitive dengan evidence & nature industri.

    • tidak sesuai dengan semangat RCEP maupun G20.

  • Mengurangi impor bahan baku pangan = meningkatkan ketergantungan pada sawit.

    • Fokus pada sawit: tingkatkan produktivitas & nilai tambah, isu lingkungan membatasi pasar.

    • Fokus sawit vs diversifikasi dengan GVC.

Transformasi struktural

  • Pemerintah ingin meningkatkan proses transformasi ekonomi ke arah manufaktur.

    • secara proporsi, artinya agrikultur dan low value added services akan turun.
  • Faktor produksi akan pindah ke manufaktur: tenaga kerja, tanah, modal.

    • expect relative reduction in agriculture production.

    • manufaktur butuh input: gap-nya akan diisi impor.

Rethinking trade: Global Asset Market

Short reminder

  • Aritmatika neraca pembayaran: Jika neraca berjalan surplus, maka harus diimbangi dengan neraca modal/finansial.

  • Artinya, trade surplus harus diimbangi dengan defisit perdagangan jasa & transfer, atau oleh foreign asset.

  • Model ekonomi terbuka: \(Y=C+I+G+(X-M)\)

  • Jika Y-C-G adalah saving, maka:

\[S-I=X-M\]

Short reminder

  • Trade surplus = uangnya disimpan dalam klaim internasional. Terjadi bila:

    • eksportir menyimpan uang di luar negeri.

    • Bank sentral sibuk menyerap reserves

  • China: hoarding klaim USD (mostly dalam bentuk T-bill). Why?

    • Profit flows to firms / rich people who invest abroad.

    • Central bank hoarding reserves + currency manipulation.

Global imbalance

  • Teori mengatakan bahwa negara yang surplus terus akan mengalami apresiasi mata uang \(\rightarrow\) ekspor jadi mahal, impor jadi murah \(\rightarrow\) surplus berkurang.

  • Tapi (1) dominasi USD di global finance (2) bubarnya perjanjian bretton woods berdampak besar:

    • Negara surplus tinggal menukar dolar kembali ke aset AS seperti T-bill.

    • tanpa terbelenggu ketersediaan emas, dolar bisa dicetak terus -> T-bill bisa dicetak terus.

  • Jepang & China -> 2 negara dengan USD reserves terbesar, adalah juga 2 negara paling “kompetitif”

BigMac Index, The Economist

Comparative advantage

  • Comparative advantage: lebih efisien jika kita ekspor sesuatu yang kita pintar bikin, dan beli sesuatu yang kita tidak pintar bikin.

  • Trade surplus = kita jual aja tapi tidak beli apa-apa.

    • Baik bila kita nabung, seperti SWF-nya Saudi dan Norway.

    • Buruk bila yang nabung elites, tapi penduduknya kekurangan nutrisi.

  • Ekspor = warganya sendiri tidak sanggup beli.

Ekspor sebagai performa?

  • Global imbalance membuat ekspor menjadi sulit digunakan sebagai performa.

    • asset market is more influential in driving trade.

    • Goods needs to be produced, investment in capital & education takes time.

    • Debt, especially in USD & Euro, can be generated easily.

    • Capital market is very fluid: you can trade in literal seconds.

Ke depan

  • Pertumbuhan China mulai goyah, apalagi yang didorong dengan investasi.

    • Beberapa investasi tersebut mulai goyah dan flop (BRI, property, infrastruktur, dst)

    • Bisa jadi masa depannya mirip Jepang sekarang

  • Banyak pengamat saat ini makin bearish terhadap China, apalagi kondisi geopolitik makin tidak menentu.

  • Tapi sepertinya dedolarisasi masih belum akan terjadi, kecuali mungkin China ingin membuka capital account mereka dengan bebas seperti AS.

Kesimpulan

  • Hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan PDB dan ekspor industri agro sangat banyak dan kompleks.

  • Kondisi-kondisi di atas membuat melihat performa industri agro sulit dilacak, apalagi dikaitkan dengan anggaran dan kewenangan DJIA.

  • Indikator-indikator tersebut perlu diperhatikan, namun hati-hati mengaitkannya dengan DJIA.

  • Sebaiknya memiliki indikator yang lebih direct, baru kaitkan indikator tersebut ke Agro.

Thank you & looking forward to discussions, untuk industri agro yang semakin maju.

via GIPHY

References

  • Alta, A., Setiawan, I., & Fauzi, A. N. (2021). Beralih dari subsidi pupuk dan benih: mengkaji ulang bantuan untuk mendorong produktivitas dan persaingan di pasar input pertanian. CIPS Policy Paper, 43. cutt.ly/cips-mk43

  • Amanta, F., & Gupta, K. (2022). Perdagangan untuk pemulihan ekonomi: kebijakan impor untuk mendukung sektor makanan dan minuman Indonesia. CIPS Policy Paper. cutt.ly/cips-mk51

  • Amiti, M., & Konings, J. (2007). Trade Liberalization, Intermediate Inputs, and Productivity: Evidence from Indonesia. The American Economic Review, 97(5), 1611-1638. https://doi.org/10.1257/000282807783219733

  • Amiti, M., & Davis, D. R. (2012). Trade, Firms, and Wages: Theory and Evidence. The Review of Economic Studies, 79(1), 1-36. http://www.jstor.org.virtual.anu.edu.au/stable/41407043

  • Gupta, K. (2022). The Heterogenous Impact of Tariff and NTM on Total Factor Productivity of Indonesian Firms. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 1-29. https://doi.org/10.1080/00074918.2021.2016613

  • Ing, L. Y., Yu, M., & Zhang, R. (2019). The evolution of export quality: China and Indonesia. In L. Y. Ing & M. Yu (Eds.), World Trade Evolution: Growth, Productivity, and Employment. (pp. 261-302). Routledge.

  • Kis-Katos, K., Pieters, J., & Sparrow, R. (2018). Globalization and Social Change: Gender-Specific Effects of Trade Liberalization in Indonesia. IMF Economic Review, 66(4), 763-793. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1057/s41308-018-0065-5

  • Kis-Katos, K., & Sparrow, R. (2015). Poverty, labor markets and trade liberalization in Indonesia. Journal of Development Economics, 117, 94-106. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jdeveco.2015.07.005

  • Pane, D. D., & Patunru, A. A. (2022). The role of imported inputs in firms’ productivity and exports: evidence from Indonesia. Review of World Economics. https://doi.org/10.1007/s10290-022-00476-z

  • Rahardja, S. & Varela, G.J. (2015). The Role of Imported Intermediate Inputs in the Indonesian Economy. World Bank Policy Note 3

  • Scoppola, M. (2021). Globalisation in agriculture and food: the role of multinational enterprises. European Review of Agricultural Economics, 48(4), 741-784. https://doi.org/10.1093/erae/jbab032

  • World Bank. (2020). World Development Report 2020 : Trading for Development in the Age of Global Value Chains. Washington, DC: World Bank.