Prinsip realisme ala Mersheimer. Cocok dengan ekonomi?

Prinsip realisme ala Mersheimer

gw udah pernah posting tentang realismnya John Mearsheimer di Post sebelumnya. Kali ini gw mau ngomongin teori realismnya Profesor Mersheimer dengan lebih eksplisit. Hal ini karena di video yang ini, beliau secara eksplisit memaparkan 5 asumsi dari teori dia, yg menurut gw bikin diskusinya lebih sistematis (bisa liat di mennit 12 di video tadi).

5 asumsi dasar teori Mersheimer tentang politik internasional:

  1. States (negara) adalah otoritas paling tinggi, gak ada lagi di atasnya (anarki).
  2. Kemampuan militer tiap negara beda-beda.
  3. Kita gak akan pernah tau niat (intensions) dari suatu negara. Gak ada kawan/lawan abadi.
  4. Tujuan mendasar sebuah negara adalah survival (bertahan). Jika negara bubar, maka tujuan lain jadi gak tercapai.
  5. Keputusan yang diambil sebuah negara adalah hasil pemikiran rasional (alias strategis)

5 asumsi ini menurutku udah cukup sederhana tapi sangat pas untuk menggambarkan semua analisis yang beliau utarakan selama ini. Kelimanya dapat dipertimbangkan dan saling terkait. Menurut Pak Jon, kelima asumsi ini lah yang menyebabkan dunia ini jadi dunia yang mengerikan karena tiap negara jadi beradu untuk jadi negara adidaya / negara terkuat. Karena di sistem anarki, satu-satunya jalan untuk menjadi negara yang aman adalah dengan menjadi negara terkuat. Ya karena gak ada institusi di atas negara yang bisa kita andalkan untuk menolong kita. Kita mungkin bisa punya teman, tapi ya teman punya keterbatasan juga. Lihat Myanmar pas kudeta militer, atau Filipina ketika digangguin China. Sapa yang bantuin? ASEAN? Lol.

“Tuhan hanya membantu umatnya yang berusaha”

Hubungan dengan asumsi mikro

Buat ekonom, asumsi model di atas sebenernya gak begitu sulit dicerna. Hal ini terutama karena kami belajar hal yang serupa di mikro dan makro. Well, terutama di mikroekonomi sih. Prinsip dasar dalam ekonomi mikro adalah consumer problem atau consumer theory yang juga memerlukan pendahuluan berupa asumsi. Kalo di teori konsumen, asumsinya biasanya adalah setiap orang memaksimalkan konsumsinya sendiri. Asumsi ini mirip dengan asumsi 4 dari teori Mersheimer. Orang (dan juga negara) gak peduli-peduli amat dengan keberlangsungan orang lain.

Nah, pas calon ekonom mulai belajar Walrasian Equilibrium, barulah kita belajar beberapa asumsi baru. Walrasian equilibrium ini melibatkan lebih dari 1 orang. Apa yang terjadi kalau sebuah ekonomi terdiri dari 2 orang? Walrasian equilibrium mengatakan, pareto optimal dapat tercapai jika kita biarkan kedua orang ini berdagang antar mereka, tanpa perlu ada campur tangan pihak manapun yang lebih tinggi hirarkinya dari mereka. Dengan kata lain, dalam anarki pun, dua orang ini akan dapat mencapai kebahagiaan ekstra tanpa merugikan pihak lain hanya dengan berdagang. Gak perlu ada central planner seperti negara untuk mendikte apa yang harus dilakukan 2 orang ini. Kita belajar ini semua di tahun pertama kuliah.

Lho, di dunia “anarki” yang digambarkan Walrasian itu, semua orang bahagia. Tapi di dunia anarki-nya John Mersheimer kok hasilnya gloomy?

Walrasian Equilibrium ini hadir dalam dunia yang indah. Beberapa asumsi sebenernya terlanggar di dunia nyata, yang oleh John Mersheimer sudah diaddress. Asumsi pertama yaitu di mikroekonomi, masih ada institusi yang lebih kuat dari pribadi. Institusi tersebut adalah negara. Ya sebenernya jika kita hanya peduli konsumsi diri sendiri, maka cara yang lebih baik dari berdagang adalah dengan merampok pihak lainnya itu. Di dunia walrasian, perampokan, atau “pertukaran yang gak adil” ini akan diblok oleh pihak yang dirugikan. Tapi kalo yang rampok lebih kuat, emang bisa ngebloknya? wkowkokw. Tentu di walrasian ada negara. ada polisi, yang melindungi hak-hak dasar masyarakatnya. Dengan kata lain, adanya aktor yang lebih kuat ini (yang diasumsikan bertugas menjaga keamanan dan ketertiban) melanggar asumsi no.1 nya John Mearsheimer.

Kedua, di walrasian ada perfect/complete information. Kita tau pasti intensi tetangga kita, barang apa yang mereka punya, dan kualitas barang tersebut. Ga perlu khawatir kena tipu, karena semua info terpampang, semua intensi jelas. Di ekonomi tentunya nanti belajar asymmetric information dan ini bikin outcome pasar jadi gak optimal (artinya ini melanggar ekuilibrium walrasian). Biasanya, informasi model gini juga adalah sesuatu yang seringkali diintervensi oleh negara.

Dan ketiga, adalah asumsi price taker. Alias, semua orang merupakan remah-remah rengginang dibandingkan dengan besarnya pasar. Ga ada yang bisa mendikte pasar. Tentu saja ini melanggar asumsi no.2 John Mearsheimer di mana ada negara yang kuat dan ada yang negara lemah. Asumsi ini juga diaddress di semester berikutnya sih.

Pada prinsipnya, kalo semua asumsi di Walrasian ini kita relaksasi demi mengakomodir dunia nyata, maka outcomenya akan sama dengan thesis John Mearsheimer: dunia ini adalah tempat yang kejam. Anarki adalah tempat yang kejam. Baik ekonom maupun realis tau hal ini. Bedanya, ekonom ada di posisi yang lebih baik: kita masih punya negara. Kita masih punya institusi yang lebih tinggi dari semua masyarakat, yang berpotensi mengkoreksi semua kegagalan pasar seperti di atas. Ekonom tidak benar-benar beroperasi di dunia anarki karena kebijakan negara bisa mempengaruhi pasar. Buat politik internasional, opsi kebijakan yang mempengaruhi dunia mungkin nggak se-feasible ekonom. Well at least as long as economists are being heard, which not always the case.

Krisna Gupta
Krisna Gupta
Dosen

Dosen di Politeknik APP Jakarta. Juga mengajar di Universitas Indonesia. Mitra senior di Center for Indonesian Policy Studies. Fokus penelitian tentang dampak kebijakan perdagangan dan investasi terhadap ekonomi Indonesia, terutama sektor manufaktur.

comments powered by Disqus